29 Agustus 2012
Sebulan yang lalu... Kembalinya kesedihan ku
yang dulu pernah aku rasakan. Namun kini terulang kembali kepadaku.
Untuk pertama kalinya kau membuat aku menjatuhkan kembali air mata
cinta, karenamu..
Selama kurang lebih 6 bulan, saat
bersamamu, seiring dengan berjalannya waktu, aku merasa sangat bahagia
dapat melalui hari-hariku bersamamu. Aku merasakan indahnya cinta yang
pernah aku rasakan kembali lagi saat bersamamu. Waktu yang kamu berikan
selama kurang lebih 6 bulan, telah cukup membuat aku bersyukur pernah
hadir dan masuk kedalam hidupmu..
Namun, kebahagiaan ku
sirna, ketika kamu mengatakan satu hal itu, 'kita jadi temen gimana?'.
Spechless aku membaca message yang kamu kirimkan. Tapi aku tetap
berusaha merasa tenang, untuk mengendalikan hatiku. Kamu ingin
memutuskan tali cinta antara kita? dengan berbagai alasan yang kamu
ucapkan padaku. Sungguh, bukan alasan yang dapat aku terima. Terlalu
bertele-tele alasan kamu untuk memutuskan hubungan cinta antara aku dan
kamu. Aku bosan dengan alasan yang sama, maupun alasan baru yang kamu
berikan. Tapi pada akhirnya aku menerima keputusan kamu.
Selang
beberapa menit, air mataku telah berjatuhan, banyak, dan deras. Aku
merasa sedih untuk kehilangan kamu. Karena yang aku rasakan adalah aku
bahagia bersamamu. Namun takdir berkata lain. Walaupun sesungguhnya aku
sangat menyayangkan hubungan yang kandas ini. Bagaimanapun tidak. Kamu
adalah orang pertama yang aku bawa kerumah dan aku kenalkan pada
orangtua serta keluargaku sebagai kekasihku. Kau yang telah aku kenalkan
dengan sahabatku, dan aku merasa sedih belum sempat mempertemukanmu
dengan sahabat-sahabatku (niatku dulu). Seketika kamu merubah
kebahagiaanku dengan kesedihan hanya dengan hitungan menit. Segalanya
menjadi berubah setelah itu.
Hal yang paling menyedihkan adalah ketika itu aku telah merencanakan untuk memberikan sebuah hadiah untuk hari jadi kita yang ke enam bulan . Tapi takdir memang telah berkata lain, hadiah yang aku beli dengan memesannya di onlineshop batal dikirim karena ada kesalahan dari jasa pengirimannya. Dan aku shock mengetahuinya pada saat hari H. Kita memang sudah putus, tapi aku tetap ingin memberikannya padamu. Tapi sungguh sayang, pesananan itu amat sangat tidak sesuai dengan harapan.
Kamu pernah berkata, bahwa
kita akan tetap menjadi teman dekat, tidak lost contact, kamu masih
ingin main kerumahku, bertemu ayah dan ibuku. Tapi? selama waktu 1 bulan
telah berlalu, tidak ada satu perkataanmu yang aku lihat dalam
kenyataan. Dan aku hanya bisa tersenyum dengan apa yang telah kamu
lakukan. Aku tidak akan pernah berharap lebih lagi padamu, yang aku
inginkan kita bisa tetap menjalin hubungan yang baik setelah putus.
Bukannya seperti yang kamu bilang, tapi nihil dalam prakteknya.
29 September 2012
Waktu
sebulan telah berlalu semenjak keputusan itu. Kita tidak pernah
berhubungan lagi selama ini, hanya sesekali itupun. Mungkin karna
sama-sama egois untuk memulai berkomunikasi kembali. Tidak terasa
sebulan ini berjalan dengan cepat. Namun yang aku rasakan telah melalui
waktu yang sangat lama. Seperti aku telah mengenalmu sangat lama.
Ternyata waktu 8 bulan berjalan setelah mengenalmu terasa begitu sangat lama
dalam hidupku.
Awalnya aku memang sangat sedih dan
terluka saat baru-baru kehilanganmu. Namun setelah aku menjalani hari,
melalui kesibukanku, semua itu melupakan kesedihanku dengan perlahan,
walau belum seluruhnya kesedihan itu hilang. Aku berusaha untuk menerima
kenyataan bahwa kini aku telah sendiri dan tanpa dirimu lagi.
Dan
sekarang aku merasa kebahagiaan itu kembali pada diriku. Aku sudah
dapat menerima, bahwa kini kamu adalah seorang temanku. Dan aku juga
memiliki sahabat yang selalu ada untukku, menyayangiku dan mendukungku.
Jadi tidak ada alasan untuk aku bersedih. Walau terkadang aku merasakan
kerindukan yang sangat mendalam pada dirimu.
Teman,
kapan kita dapat bertemu kembali? bercanda dan tertawa bersama lagi? aku
masih menantikan waktu untuk berjumpa kembali denganmu :)
I hope there will be time for us :')
Teruntukmu, teman. Yang telah memberikan banyak perubahan dalam diriku setelah mengenalmu.
Yusuf Kurniawan Zamharri